Selasa, 12 Oktober 2010

HSG : Deteksi awal penyumbatan sel telur

Anda berdua tak berniat menunda kehamilan? Lalu mengapa juga setelah memasuki tahun kedua perkawinan atau mungkin lebih, Anda tak kunjung mendapat momongan? Kalau ini yang Anda alami sebagai pasangan suami istri, umumnya dokter akan menyarankan Anda berdua untuk menja- lani sejumlah pemeriksaan. Aneka pemeriksaan tersebut diperlukan untuk memastikan penyebab terjadinya infertilitas/ketidaksuburan.Langkah awal biasanya berupa pemeriksaan organ reproduksi pada pihak wanita maupun pria. Selanjutnya, ada sejumlah tes lain guna mendeteksi secara lebih detail. Pada pria biasanya akan dilakukan tes kualitas dan kuantitas sperma. Sedangkan pada wanita, salah satu di antaranya adalah pemeriksaan HSG (histerosalpingografi). Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi saluran telur. Mengapa diperlukan pemeriksaan saluran telur? Tak lain karena kehamilan hanya mungkin terjadi bila sel telur bertemu dengan sel sperma. Pertemuan ini terjadi di ampula tuba (bagian saluran telur yang melebar).

Untuk mencapai lokasi tersebut, sel sperma harus melalui perjalanan panjang. Yakni dari liang vagina terus menuju mulut leher rahim lalu ke rahim dan selanjutnya saluran telur. Sementara sel telur, setelah lepas dari indung telur akan ditangkap oleh “tangan-tangan” (fimbrae) saluran telur lalu berjalan menuju ampula.

Nah, bila pada saluran telur terdapat perlekatan atau sumbatan, maka pertemuan antara sel telur dan sel sperma tadi tidak akan terjadi. Ini berarti kehamilan pun tidak terwujud. Kalaupun perlekatan itu masih bisa meloloskan sperma, mungkin saja terjadi kehamilan. Namun kehamilan tersebut akan terjadi di luar kandungan atau yang paling sering terjadi adalah kehamilan tuba.

WAKTU YANG TEPAT

HSG dilakukan dengan menyemprotkan cairan yang mengandung zat kontras ke dalam rongga rahim melalui vagina. Kemudian dilakukan foto rontgen hingga akan terlihat apakah zat kontras tersebut masuk ke dalam saluran telur atau tidak. Bila masuk, berarti bebas dari perlekatan atau penyumbatan yang dalam istilah medis disebut paten. Sebaliknya bila zat kontras tidak dapat memasuki saluran telur, berarti ada penyumbatan yang lebih dikenal dengan istilah saluran telur nonpaten.

Hanya saja pemeriksaan khusus ini tidak dapat dilakukan sembarang waktu. Waktu pemeriksaan yang tepat adalah hari ke-9, ke-10 atau ke-11 dalam siklus haid (dihitung sejak hari pertama mendapat haid). Umumnya saat memasuki hari ke-9, haid telah selesai dan belum terjadi ovulasi (dilepaskannya sel telur dari indung telur).

Mengapa harus dilakukan setelah haid selesai? Ini dimaksudkan agar cairan kontras tadi tidak ikut masuk ke pembuluh darah yang saat menstruasi dalam keadaan terbuka. Kalau sampai ikut masuk dikhawatirkan akan menyebabkan penyumbatan di pembuluh darah. Pemilihan hari-hari yang diasumsikan belum terjadi ovulasi sebagai hari pemeriksaan pun bertujuan agar tidak mengganggu sel telur yang akan dilepaskan oleh indung telur. Memasukkan cairan yang mengandung zat kontras ke dalam saluran telur dikhawatirkan dapat memengaruhi kualitas sel telur.

Secara teknis, pelaksanaan HSG biasanya menimbulkan rasa nyeri dan tak nyaman karena cairan yang mengandung zat kontras tadi disemprotkan melalui vagina. Akan tetapi bila yang bersangkutan merasa takut, dapat dilakukan pembiusan lokal guna mengurangi rasa nyeri.

PLUS MINUS

Selain HSG, sebetulnya ada cara lain yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah saluran telur seseorang paten atau nonpaten. Pemeriksaan yang dimaksud adalah pertubasi, yakni mengalirkan CO2 (karbondioksida/zat asam arang) atau yang kerap digunakan adalah cairan yang mengandung antibiotik dan antiperadangan. Cairan dimasukkan melalui leher rahim. Inilah yang oleh kalangan awam kerap disebut dengan istilah “ditiup”. Mengetahui paten atau tidaknya saluran telur ditentukan dengan mengukur tekanan gas sewaktu peniupan. Berbeda dengan HSG yang menimbulkan rasa nyeri, saat peniupan, gas yang masuk terasa hangat. Sedangkan mengenai waktu pemeriksaannya sama seperti HSG, yakni hari ke-9, 10 dan 11 dihitung dari hari pertama haid.

Bedanya, hasil pemeriksaan HSG bersifat objektif. Artinya, ada data yang terlihat langsung melalui hasil rontgen. Letak sumbatan pun dapat diketahui dengan jelas lokasinya. Sedangkan pada pertubasi, letak sumbatan tidak dapat diketahui. Hanya diketahui adanya sumbatan melalui perbedaan tekanan gas saat dimasukkan.

Bukan cuma itu. Selain berfungsi menegakkan diagnosis, HSG juga memberi manfaat sebagai tindakan teraupetik/pengobatan. Umumnya setelah dilakukan tindakan mengalirkan cairan yang mengandung zat kontras tadi saluran telur yang tidak paten menjadi paten. Dengan adanya cairan yang dimasukkan ke dalam saluran telur berarti ada daya dorong yang diharapkan mampu membuka sumbatan-sumbatan yang ada. Selain itu, zat yang digunakan juga sekaligus berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Namun biasanya ini hanya berlaku untuk saluran telur yang mengalami perlekatan ringan.

Meski memberi efek terapi, HSG tidak dapat dilakukan berulang-ulang. Mengapa? Efek radiasi yang timbul dikhawatirkan akan membahayakan si ibu. Antara lain mengganggu kesuburan karena merusak sel telur di indung telur.

Alternatif lain yang saat ini banyak dipilih adalah hydrosonografi. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan cairan kontras ke dalam saluran rahim melalui vagina. Umumnya yang banyak digunakan adalah cairan normalsaline. Bedanya dengan HSG, hasilnya dapat dilihat melalui monitor saat pemeriksaan berlangsung. Pemeriksaan yang menggunakan alat bantu USG ini memungkinkan pasien bisa ikut mengetahui secara langsung lokasi terjadinya penyumbatan di saluran telur.

Utami Sri Rahayu. Ilustrator Pugoeh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar