Memiliki anak adalah dambaan setiap pasangan yang telah berumah tangga, karena anak adalah buah cinta orang tuanya. Anak dapat mempererat hubungan cinta antara ibu dan ayah dan melengkapi keharmonisan rumah tangga. Bagaimana bila sang buah hati belum hadir setelah bertahun-tahun menikah? Apakah ini erat hubungannya dengan ketidaksuburan pasangannya? Apa yang dimaksud dengan kesuburan (fertilitas) yang sebenarnya? Apakah ada cara untuk mengatasinya?
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah pasangan yang sudah melakukan hubungan seksual tanpa pencegahan kehamilan selama 12 bulan atau lebih dan tidak dapat hamil. Infertilitas dibagi menjadi dua yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer adalah suatu keadaan saat pasangan yang telah lama menikah tapi belum memiliki anak. Sedangkan infertilitas sekunder adalah keadaan di mana pasangan telah memiliki anak namun tak lagi dikaruniai anak dalam waktu yang lama Hal ini harus dibedakan dengan kemandulan, karena kemandulan (sterilitas) adalah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan misalnya pada pria yang telah melakukan vasektomi atau mengalami kastrasi (kebiri) dan atau wanita yang mengalami pengangkatan rahim atau mengalami tubektomi.
Apa saja hal yang dapat menyebabkan infertilitas?
Factor yang penting yang dapat mempengaruhi kesuburan, antara lain:
1. Usia : Untuk pria puncak kesuburan adalah usia 24-25 tahun dan 21-24 tahun untuk wanita, sebelum usia tersebut kesuburan belum benar matang dan setelahnya berangsur menurun.
2. Frekuensi hubungan seksual :
3. Lingkungan : baik fisik, kimia maupun biologis (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi, dll).
4. Gizi dan nutrisi : terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu.
5. Stress psikis : mengganggu siklus haid, menurunkan libido & kualitas spermatozoa, dll.
Penyebab infertilitas dapat digolongkan atas dasar anatomi organ dan atau fungsinya.
Penyebab pada laki-laki:
1. Kelainan anatomi : hypo-epispadia (kelainan letak lubang kencing), micropenis (penis sangat kecil), undescencus testis (testis masih dalam perut/lipat paha), dll.
2. Gangguan fungsi : disfungsi ereksi berat (impotensi), ejakulasi retrograde (ejakulasi balik), dll.
3. Gangguan spermatogenesis : oligo/terato/asthenozoospermia (kelainan jumlah, bentuk, gerak sperma).
4. Lain-lain : hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantung testis), varikokel (varises pembuluh darah balik testis), imunologis, infeksi, dll.
Penyebab pada wanita:
1. Faktor vagina : vaginismus (kejang otot vagina), vaginitis (radang/infeksi vagina), dll.
2. Faktor cervix (mulut rahim) : polip (tumor jinak), stenosis (kekakukan mulut rahim), non hostile mucus (kualitas lendir mulut rahim jelek), anti sperm antibody (antibodi terhadap sperma), dll.
3. Faktor uterus (rahim) : myoma (tumor otot rahim), endometritis (radang sel. lendir rahim), endometriosis (tumbuh sel. lendir rahim bukan pada tempatnya), uterus bicornis, arcuatus, asherman’s syndrome, retrofleksi (kelainan bentuk dan posisi rahim), prolap (pemburutan, penyembulan rahim ke bawah).
4. Faktor tuba fallopi (saluran telur) : pembuntuan, penyempitan, pelengketan saluran telur (bisa karena infeksi atau kelainan bawaan).
5. Faktor ovarium (indung telur) : tumor, kista, gangguan menstruasi (amenorhoe, oligomenorhoe dengan/tanpa ovulasi). Organ ini berinteraksi dengan pusat pengendali hormon di otak (hypothalamus dan hipofisis) dalam mengatur siklus menstruasi.
6. Faktor lain : prolactinoma (tumor pada hipofisis), hiper/hypotroid (kelebihan/kekurangan hormon tiroid), dll.
Kapankah seseorang dikatakan tidak subur (infertile)?
Untuk memastikan ketidaksuburan seseorang harus melalui serangkaian pemeriksaan atau tes-tes baik untuk pria maupun wanita. Sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter kebidanan anda tentang tes-tes apa saja yang perlu anda lakukan.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pria adalah:
Pemeriksaan analisa sperma. factor sperma adalah factor tunggal penyebab infertile yang terpenting dari suami, dimana berkisar antara 40-50%. Oleh karena itu setiap suami dengan pasangan infertile harus diperiksa cairan maninya yang mengandung sperma. Sebelum pemeriksaan ini, suami diharapkan tidak melakukan hubungan seksual sekurang-kurangnya selama 3 hari.
Menurut WHO, nilai nomal untuk analisa sperma adalah :
Likuifaksi 30 menit
Volume > 2,0 ml
Konsentrasi sperma > 20 juta/ml
Jumlah sperma ± 40 juta
Motilitas/pergerakan sperma > 50 %
Morfologi/bentuk sperma > 30 % bentuknya normal
WBC (sel darah putih) < 1 juta/ml
pH (keasaman cairan mani) 7,2 – 7,8
Bila hasil analisa sperma suami brbeda dari hasil diatas, maka hasil sperma dapat dikatakan abnormal. Untuk itu dapat dilanjutkan dengan pemerikasaan lebih lanjut antara lain :
1. Ditelusuri apakah ada riwayat terpapar dengan suhu tinggi, bahan kimia atau obat-obatan tertentu.
2. Pemeriksaan genitalia pria, apakah ada kelainan anatomi atau fungsi.
3. Ukuran testis dinilai, pemeriksaan skrotum untuk meihat adanya varicocel.
4. Pada kasus azoospermia (tidak ada sperma), perlu diperiksa kadar FSH (follicle stimulation hormone) yang bila kadarnya naik > 3 kali lipat, menunjukkan adanya kegagalan testis (buah zakar).
Pria dikatakan infertilitas absolute bila dijumpai adanya azoospermia disertai dengan kenaikan kadar FSH.
Pemeriksaan pada wanita
1. Faktor vagina. Pameriksaannya dapat meliputi periksa inspekulo, periksa dalam, pemeriksaan mikroskopik cairan vagina. Hal ini untuk menentukan adanya kelainan anatomi atau fungsi dan menilai apakah ada mikroorganisme yang menyebabkan gangguan atau infeksi.
2. Faktor serviks (leher rahim). Pemeriksaannya meliputi periksa inspekulo, periksa dalam, uji pasca senggama, uji lendir serviks, dan biakan bila perlu. Dari semua pemeriksaan, uji lendir serviks memegang peranan penting karena infertilitas dapat disebabkan oleh sperma yang gagal menembus lendir serviks dan hal ini biasanya akibat reaksi imunologis.
Untuk uji lendir serviks dapat dilakukan pemeriksaan uji pasca senggama yaitu:
Sebelumnya pasangan melakukan hubungan seksual pada hari pertama dari dua hari masa praovulasi atau saat ovulasi.
Setelah ejakulasi, pasien terlentang selama 20 menit dan pergi ke dokter dalam waktu 8-12 jam kemudian, untuk diambil sediaan lendir serviksnya.
Lalu dilakukan pemeriksaan mikroskopik untuk menentukan derajat penetrasi lendir serviks dengan menghitung jumlah sperma yang bergerak.
Hasil tes dikatakan positif bila > 20 sperma aktif yang berarti factor imunologis dapat dikesampingkan. Hasil tes yang negative tidak memberikan intrepetasi apapun.
3. Faktor uterus. Dilakukan pemeriksaan dalam, biopsy endometrium, biakannya bilamana perlu, histerosalphyngography, dan laparoskopi.
4. Faktor tuba fallopi. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara antara lain :
pertubasi atau uji rubin bertujuan memeriksa patensi tuba. Tuba mengalami sumbatan bila tekanan gas naik atau bertahan sampai 200 mmHg, kalau naiknya hanya 80-100 mmHg berarti salah satu atau kedua tubanya masih paten ( ovum/telur dapat keluar menuju rahim). Pemeriksaan dilakukan saat haid bersih dan sebelum ovulasi, atau pada hari ke-10 siklus haid.
histerosalphyngography. Tujuannya sama dengan pertubasi hanya saja kurang aman karena ada kemungkinan terpapar radiasi pada pemeriksaan berulang, akan tetapi pemeriksaan ini lebih akurat.
laparoskopi. Tujuannya untuk melihat apakah ada endometriosis sekaligus untuk melihat tuba. Hanya saja ini merupakan tindakan operatif jadi lebih baik dilkukan bila ada indikasi medis.
5. Faktor ovarium. Pemeriksaan meliputi bagaimana riwayat haid, perubahan lendir serviks, suhu basal badan, sitologi vaginal hormonal, biopsy endometrium, dan pemeriksaan hormonal. Laparaskopi dapat pula menjadi diagnostic ovulasi. Yang paling penting dalam pemeriksaan ini adalah menentukan ada tidaknya ovulasi, karena ovulasi menunjukkan adanya telur yang diproduksi oleh indung telur (ovarium) agar dapat dibuahi oleh sperma pria. Pemeriksaan ovulasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan hormonal berupa :
Mengukur kadar progesterone serum yang dilakukan pada pertengahan fase luteal atau minggu ke-3 dari siklus haid. Dikatakan hasil positif (ada ovulasi) bila kadar progesterone 3 – 10 ng/ml.
Mengukur kadar luterinizing hormone (LH) dalam plasma darah setiap hari pada fase luteal untuk mengetahui saat ovulasi. Hal ini berguna untuk menentukan kapan saat yang tepat untuk melakukan senggama agar keberhasilan pembuahan tinggi.
Pada kasus amenorrhea (tidak ada haid), oligomenorrhea (siklus haid > 35 hari atau lama haid < 3 hari) atau haid yang sangat tidak teratur, dilakukan pemeriksan poros hypothalamus-hipofisis-ovarium dengan menentukan kadar LH-FSH dan prolaktin.
Bagaimana cara mengatasi infertilitas?
Diharapkan sebelum memulai terapi, pasangan berkonsultasi dengan dokter mengenai terapi yang tepat yang sesuai denan keadaan medisnya. Adapun terapi yang dapat diterapkan antara lain :
Pada pria, antara lain :
1. Terapi medis berupa pemberian obat-obatan atau hormone misalnya untuk memperbaiki jumlah sperma.
2. Terapi bedah bila berkenaan dengan kelainan anatomis atau masalah bedah yang berkaitan dengan kasus infertilitas pada pria misalnya varicocele.
3. Pada kasus azoospermis atau oligospermis yang berat, dimana kehamilan terjadi sangat jarang maka tindakan yang terbaik adalah melakukan AID ( artificial inseminasi donor). Metode ini dengan cara menempatkan sperma dalam saluran reproduksi wanita tidak dengan cara melakukan hubungan seksual dimana sperma berasal dari donor (orang lain). AID yang dilakukan setiap bulan selama satu tahun dapat memungkinkan kehamilan sebesar 65 %.
4. Bila hanya terdapat sebuah spermatozoa maka dapat dilakukan metode ICSI ( intracytoplasmic sperm injection) , metode dimana sebuah spermatozoa disuntikkan dalam sitoplasma ovum.
5. Bila nilai analisa sperma normal dan hasil uji pasca senggama maka dapat dilakukan inseminasi sediaan sperma dan dilakukan inseminasi intra uterin yaitu menempatkan spermatozoa yang sudah dipisahkan dari cairan mani ke dalanm ruang rahim dengan menggunakan kateter kecil.
Pada wanita, antara lain:
1. Terapi medis berupa pemberian obat-obatan atau hormone misalnya untuk memperbaiki induksi ovulasi.
2. Terapi bedah bila berkenaan dengan kelainan anatomis atau masalah bedah yang berkaitan dengan kasus infertilitas pada wanita misalnya tumor mulut rahim dll.
3. Condom therapy, dimana kondom dipakai secara terus-menerus setiap berhubungan seks selama lebih kurang 6-8 bulan. Dalam kurun waktu tersebut, diharapkan kadar antibodi telah menurun dan tidak ada lagi di daerah reproduksi wanita, sehingga sperma yang selama ini diaglutinasikan atau dimobilisasikan oleh antibodi menjadi bebas dan mampu bergerak untuk bermigrasi sampai di saluran tuba falopii (saluran telur) dan bertemu dengan sel telur tanpa halangan.
4. Pada kasus anovulasi (tidak ada telur) diberikan obat induksi ovulasi desertai dengan hubungan seksual yang terjadwal.
5. Pada kasus lendir serviks yang buruk dimana tidak dapat diatasi dengan obat-obatan, dapat dilakukan antara lain :
IVF ( in vitro fertilization) yaitu pembuahan sel telur ibu dengan sperma di luar tubuh (bayi tabung).
GIFT ( gamet intra fallopian transfer ) yaitu menempatkan sel telur ibu dan sperma ke dalam ujung distal tuba fallopi/saluran telur.
ZIFT ( zygote intra fallopian transfer ) yaitu bila telah terjadi pembuahan di luar tubuh dengan cara IVF maka hasil pembuahan (zygote) diletakkan ke dalam saluran telur/tuba fallopi melalui kanulasi trans abdominal.
Keberhasilan mengatasi infertilitas itu tergantung dari kerja sama suami-istri dan dokter dalam pemeriksaan infertilitas untuk mengetahui penyebabnya, sehingga dapat dilakukan pengobatan dan terapi yang baik yang diharapkan dapat menambah peluang terjadinya kehamilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar